Tuesday 4 December 2018

KAKTUS, KAU ILHAMKU!

Aku tidak pernah tahu bagaimana menyusun kata di kertas kosong
atau di mesin taip atau di komputer riba malahan.
Aku tidak pernah reti mengekspreskan rasa keluar menjadi tinta-tinta tertib
Aku tidak pernah sedar bagaimana akhirnya aku mula menulis penuh ghairah biar tiada judul menjadi kepala.

Ajaibnya, aku terleka menyusun kata sejak aku belajar memendam rahasia hebat hati
rahasia magis yang tidak dapat aku sampaikan ke siapa-siapa bahkan temanku sendiri
hanya pada Penciptaku, sering aku titipkan doa
hanya ketika sujudku, aku memohon hilangnya rasa

Karna rahasia magis itu satu malapetaka di setiap persahabatan
ianya rasa yang sering membolak balikkan ragam jiwa
ianya rasa beban yang tidak pernah hilang sejak mula aku terlajur menghantar hati
Terpaksa aku pegang rasa jiwa untuk entah sudah berapa tahun lamanya,
dengan harapan akan sampai detiknya aku sudah tidak heran akan wujudnya,

Sehingga pada ketika aku melakukan pelanggaran sementara,
aku mulai lupa. aku mulai menghilangkan rasa. aku mulai tidak heran padanya.
Syukurku melebihi segalanya,
tidak punya rasa sedikitpun kecewa pada pelanggaran sementara, 
malahan aku bersyukur girang pada balik hikmanya.
rasa yang dititip bertahun lamanya menghilang. Magis.
rasa yang berdolak aneh ragamannya dibawa pergi sesuai pelanggaran itu.

aku fikir sudah sampai situ, berhentinya rahasia magis jiwaku.
aku fikir sudah sampai situ, aku bisa berlega kerana terhindar malapetaka rawan.
sudah berkali aku bermunajat agar ALLAH mematikan rasa ini
sudah acapkali dan bahkan tidak pernah lupa untuk aku doa agar aku dijauhkan darinya

Tapi kenapa.
masih dia?

Tapi kenapa.
kembali bergetar jiwa-jiwa?

Tapi kenapa.
Hikmah pelanggaran itu serasa cuma sebentar aku rasa?

Begitu lega bila hilang.
tapi sekarang kembali lagi dan malah makin kuat.

Aduh rasaku.
Dia penyebab aku tiba-tiba bisa bermain kata di mana-mana
Dia penyebab mula aku bagai dirasuk ketika menyampai dongengan
Dia ilhamku.

Ilham aku menyusun tinta tertib
Ilham aku menjadi kuat sendiri

Ada satu sabat dekat,
sering menyebut-nyebut doa yang aku sering jauhkan dan bahkan doaku sering bertentangan,
aku ingin jauh dari dia
aku ingin rasa ini hilang dari diriku

tapi sabat mendoa,
sebaliknya.

dia tidak sedar. 
dalam tidak mahuku.
ada rasa yang sudah tergegar

dalam elakku.
ada jiwa yang sudah terdampar.

sejak sekian lama
sejak entah dari tahun bila

aku masih berharap. hilangnya rasa ini
biar dimatikan
karna bagiku, ianya malapetaka dalam persahabatan kami.

biar dihanyutkan
karna bagiku, rasa ini hanya ada pada aku. bukan padanya

karna aku tahu dia, dia tak tahu aku.
umpama kaktus
kalau kau coba mendekat, durinya melukakanmu
sama dengan rasa ini.
akan melukanku
biarpun dia ilhamku.
dan mungkin akan terus menjadi ilhamku

karna dalam hidupnya, sudah ada mawar indah menggetar rindu
karna dalam hidupnya, sudah punya isi buat segenap raga jiwanya
karna dalam hidupnya, sudah wujud cinta penghujung masjid.
karna dalam hidupnya, tidak ada aku sebagai apa-apa yang magis dan indah.

Karna aku tahu dia, dia tak tahu aku.

No comments:

Post a Comment